Oct 25, 2016

Derai-derai Cinta



Intro

Jadi ceritanya bokap gue baru mencetak tulisannya ke bentuk buku. Karena beliau tau gue punya hobi membaca gara-gara terpengaruh Yasmin, langsung deh dua dari tiga bukunya dijadikan hadiah; "Anak Manusia Korban Politik" dan (eng ing eng) "Derai-derai Cinta." (Ea!)

Tanpa tedeng aling-aling, begitu melihat dua buku tadi di meja kerjanya, Yasmin langsung komentar panjang lebar, "wiwiwi, ni cerita cinta bapak lo yak? Lo malu-malu gak bacanya? Belum baca lo ya yang ini? Deg-degan yakkk?"

Wongedian.

Regardless, Yasmin had a point. Even a novelist once testified, "nothing worse than reading a love scene written by your father."

So I thought.

But, man, I was wrong.

..

Derai-derai Cinta adalah kisah perjalanan hidup seorang pemuda yang lahir dan besar di kampung di Sumatera Barat. Jelas diceritakan bagaimana Imran--nama pemuda ini--berasal dari keluarga yang kental dengan nilai Islam. Kehidupannya, terutama dari segi ekonomi, dijelaskan tidak terlalu istimewa, alias sangat pas-pasan. Jika ada yang teristimewa di hidup Imran, sudah tentu tidak lain adalah karakternya. Kehilangan sosok ayah di usia yang sangat muda, menjadikan Imran terbiasa untuk berhati-hati dan terlatih untuk bertanggung jawab dalam mengambil tindakan. Kisah Imran di buku ini berakhir dengan keputusannya dalam meminang seorang perempuan untuk menjadi pasangan hidup.

Anyhow, daripada membocorkan cerita, I think it'll be better if I write what I found interesting about the book.

Pertama-tama, buku ini sangat ringan dibaca. Alurnya mudah dicerna, bahasa percakapannya tidak mengada-ada, dan sangat mudah membayangkan kejadian-kejadian yang diceritakan di dalamnya. Sedikit catatan, ada beberapa kata dan frasa yang diungkapkan dalam bahasa Minang, yang tidak umum (tentunya bagi yang tidak terbiasa dengan bahasa Minang), akan tetapi cukup mudah ditebak maknanya melalui konteks cerita.

Hal lain yang menyenangkan dari buku ini adalah kuatnya nilai-nilai kekeluargaan (which I can so much relate). Beberapa bagian mengharuskan persediaan tisu (Galodo, OMG!!!) dan sebagian lainnya cukup menghangatkan hati.

Not to mention, karakter Imran dengan gaya hidupnya yang sederhana selalu diceritakan dengan bahasa yang menarik dan mengena. Seperti ketika Imran diundang makan di restoran Homan, western style:
Dimulai dengan salad. Sayur-sayuran hijau yang disiram dengan "dressing." Diikuti sup asparagus. Setelah itu baru menu utama. Sirloin steak dengan kentang pure. Minumannya ice lemon tea. Namanya keren, ternyata maksudnya teh es pakai jeruk. 
(Errr... Iya sik, ice lemon tea itu teh es pakai jeruk.. Tapi... Gak usah di-point out juga kaleee! Lol. )

For me personally, hanya ada satu hal yang mengganggu. Sebenarnya tidak 'mengganggu' juga sih. Susah juga menjelaskannya. Anyhow, I believe my following chat with Yasmin explains better.

Nadya Saib: Gue lagi baca buku bapak gue yang Derai-Derai Cinta  
Nadya Saib: Aaaaakkkk  
Floresiana Yasmin: apa tu maksudnya aaaak?  
Nadya Saib: Gue deg2an kalau udah bagian "cinta2annya"  
Nadya Saib: Wkwkwkwk  
Floresiana Yasmin: wkwkwk  
Floresiana Yasmin: kenapa deg2an?  
Floresiana Yasmin: apakah karena seru atau karena lo merasa... eewwwh?  
Nadya Saib: Ada yang seru  
Nadya Saib: Ada yang gue menebak2, SIAPA INIIII?  
Nadya Saib: Ada yang, adohhh gua malu mengetahui bapak gue paham begini2an  
Nadya Saib: *dikira bapak gua begitu lahir langsung beranak 3  
Floresiana Yasmin: hahahahahaha  
Floresiana Yasmin: semua yg lo tau, Bapak lo lebih tau 

And there I (and Yasmin) said it.

All in all, it's a very enjoyable reading with beautiful messages, especially for young men and women. Moral of the story sih.., jodoh di tangan Tuhan. Tenang aja. Nggak akan kemana!

#Tsah #NgomongSamaKaca

Nevertheless, how I wish I read this earlier in life. (And how I also wish that there are still plenty of Imrans left out there.)

#TeamImran #SemuaBilangAmen

..

On a side note.. 

Baru beberapa hari yang lalu gue mengobrol dengan beberapa teman, bagaimana kreatifnya anak SD dalam hal meledek. Gue pun dulu sering jadi sasaran ledekan dengan cara dipanggil 'Saib' (yang padahal memang nama belakang gue, yang diturunkan dari bokap, yang sebelumnya juga diturunkan dari kakek). Tapi entah kenapa dulu kalau ada yang manggil "Ib.. Ib.. Saiiiib" rasanya pingin gue makan.

Again, I was wrong.

Today, I cannot begin to tell you how being called "Saib" has become one of the most beautiful reminders of how I should be grateful in life; that I have been raised by a man of decency, whose rationale and eloquence have inspired me, who has shown me how to live this life with a high level of integrity, and above all, who smartly chose a strong, caring, compassionate, and beautiful woman to become my mom.

#MendadakMellow #SalahinImran

..

Congrats, Papa! 
You write so beautifully. 

I love you! x

Your proud daughter, 
N. F. Saib

No comments:

Post a Comment